Spanyol menumbangkan Italia 4-0 di final Euro
2012 dan mencetak sejarah baru dalam dunia sepakbola.
Para penikmat sepakbola mengharapkan sebuah perang, tapi
yang mereka dapatkan adalah pembantaian.
La Furia Roja menjadi tim pertama dalam sejarah yang
berhasil memenangi tiga turnamen besar secara beruntun, yaitu Euro 2008, Piala
Dunia 2010, dan Euro 2012, juga tim pertama yang sukses mempertahankan trofi
Henri Delaunay. Selain itu, mereka juga menang dengan margin gol terbesar
sepanjang sejarah final Piala Eropa.
Tepat tiga pekan setelah mengawali perjalanan mereka di
Polandia-Ukraina dengan hasil imbang 1-1 di Gdansk, sang juara bertahan Spanyol
dan Gli Azzurri Italia bersua kembali di arena serta babak yang berbeda, Senin
(02/7).
Jika waktu itu Spanyol dan Italia bentrok di partai
pembukaan Grup C, kali ini mereka berduel di Olympic Stadium, Kiev, untuk
menjadi yang terbaik di partai penutup turnamen.
Banyak orang menilai duel Spanyol kontra Italia di fase grup
sebagai final kepagian, karena para pemain kelas dunia dari kedua tim waktu itu
menampilkan pertahanan, taktik, skill, kreativitas, hingga serangan terbaiknya.
Well, roda nasib benar-benar misterius dan tak bisa
dibantah. Final kepagian itu kini benar-benar berubah menjadi the real final.
Sama dengan laga pertama di Gdansk, laga di Kiev ini kembali
menyuguhkan duel dua kiper nomor wahid, Iker Casillas vs Gianluigi Buffon, dua
pass master sekaligus playmaker terbaik dunia, Xavi vs Andrea Pirlo, serta para
bek tangguh, gelandang brilian dan forward tajam yang menghuni kedua tim.
Untuk laga perebutan mahkota raja Eropa ini, pelatih Spanyol
Vicente del Bosque memasang Fabregas sebagai false 9 dengan diapit oleh David
Silva dan Iniesta, komposisi yang sama seperti ketika mereka menghadapi Italia
pada 10 Juni lalu.
Del Bosque kembali mengandalkan Xavi, yang memiliki rasio
operan tepat sasaran 93% di turnamen ini, sebagai sosok sentral dalam ball
possession football milik Spanyol.
Sementara itu, di kubu Italia, pelatih Cesare Prandelli
mengusung skema diamond midfield, yang terbukti efektif kala menyingkirkan
Inggris dan Jerman.
Satu-satunya perubahan dari ketika mengalahkan Jerman 2-1 di
semifinal adalah kembalinya Abate ke pos bek kanan untuk melengkapi formasi
four-man defence Italia.
Andrea Pirlo, dengan rasio operan tepat sasaran 88%,
dipercaya oleh Prandelli untuk mengatur tempo dan menjadi otak permainan
Italia. Balotelli, yang sejauh ini mencatatkan shot on target (10) terbanyak di
Euro 2012, mengisi lini depan Azzurri bersama Cassano.
Aroma sengitnya sebuah duel final langsung terasa begitu
wasit Pedro Proenca asal Portugal meniupkan peluit tanda kick-off.
Italia sedikit lebih unggul dalam hal penguasaan bola di
babak pertama (52% - 48%), tapi justru Spanyol yang berhasil memimpin dua gol
hingga turun minum.
Gol pertama diciptakan oleh Silva memanfaatkan akselerasi
dan umpan tarik Fabregas, sedangkan gol kedua ke gawang Buffon dicetak oleh
Jordi Alba setelah mendapatkan through pass sempurna dari Xavi.
Italia bukannya tanpa peluang. Setidaknya, dua kali Cassano
mengancam Spanyol dengan tendangan kerasnya, tapi semua usahanya masih
terbentur dinding tebal bernama Casillas.
Italia berulang kali melepaskan bola-bola panjang ke lini
depan. Itu memang salah satu senjata utama mereka. Azzurri adalah tim dengan
percobaan bola panjang terbanyak (277) di Euro 2012. Andrea Pirlo (63) dan De
Rossi (56) merupakan yang terdepan dari semua gelandang yang bermain di
Polandia-Ukraina.
Cederanya bek sentral Giorgio Chiellini pada menit 21
rupanya sangat berpengaruh terhadap kesolidan lini pertahanan Italia.
Babak kedua diawali Italia dengan sebuah pergantian.
Cassano, yang sepanjang babak pertama gagal memberikan kontribusi maksimal,
menyerahkan tempatnya kepada Antonio Di Natale.
Masuknya Di Natale cukup memberikan angin segar bagi
Azzurri. Dia langsung mendapatkan dua kesempatan untuk mencetak gol, tapi
upayanya masih melayang di atas mistar dan dihentikan oleh Casillas.
Kesialan Italia bertambah pada menit 61 ketika Thiago Motta
mengalami cedera, padahal dia baru empat menit masuk menggantikan Montolivo.
Parahnya, Motta adalah final substitute Italia di laga ini. Azzurri pun bermain
dengan sepuluh orang, padahal pertandingan masih tersisa 30 menit dan mereka
tertinggal dua gol.
Dari situlah, laga yang semula berjalan seimbang kemudian
berubah menjadi sangat berat sebelah.
Unggul jumlah pemain dimanfaatkan dengan sangat baik oleh
Spanyol. Mereka mendominasi permainan, mengurung lini pertahanan Italia, dan
memaksa Buffon bekerja keras lewat sejumlah serangan serta tembakan ke arah
gawang.
Handicap ini sungguh membuat Italia keteteran dan Spanyol
berada di atas angin. Xavi pun makin leluasa dan merajalela di lapangan tengah,
area kekuasaannya.
Pada menit 75, Spanyol menarik keluar sang false nine
Fabregas dan memasukkan the real nine, Fernando Torres. Sembilan menit di atas
lapangan, Torres mencetak gol ketiga Spanyol. Itu membuatnya jadi pemain
pertama yang mencetak gol di dua final Piala Eropa secara beruntun. Tak cukup
sampai di situ, empat menit berselang, dia mengirim assist untuk gol keempat
timnya lewat sepakan Juan Mata.
Skor 4-0 untuk Spanyol bertahan hingga peluit panjang dan La
Furia Roja pun sukses menuntaskan misinya untuk menulis ulang buku sejarah.
Ini juga menandai kemenangan kompetitif pertama Spanyol atas
Italia setelah nyaris selama seabad. Kemenangan pertama, terakhir dan
satu-satunya atas Italia di turnamen resmi sebelum ini diraih oleh Spanyol pada
Olimpiade 1920. Di perempat final Euro 2008, Spanyol memang mengalahkan Italia,
tapi itu didapat lewat adu penalti setelah bermain imbang di waktu normal dan
extra-time.
Casillas memecahkan rekor Dino Zoff, 494 menit tanpa
kebobolan di Piala Eropa. Kiper dan kapten Spanyol itu kini 510 menit tanpa
kebobolan sejak terakhir kali Di Natale merobek gawangnya di fase grup.
Satu lagi, Del Bosque kini menjadi pelatih kedua dalam
sejarah yang sukses mengawinkan trofi Piala Dunia dan Piala Eropa.
Torres dan Balotelli finis sebagai joint top scorer bersama
Mario Mandzukic (Kroasia), Mario Gomez (Jerman), Cristiano Ronaldo (Portugal),
dan Alan Dzagoev (Rusia) dengan koleksi tiga gol.
Statistik Spanyol - Italia
Penguasaan bola: 52% - 48%
Shot (on goal): 14 (6) - 11 (4)
Corner: 3 - 3
Pelanggaran: 17 - 10
Offside: 3 - 3
Kartu kuning: 1 - 1
Kartu merah: 0 - 0
Penyelamatan: 4 - 2
Susunan pemain Spanyol (4-3-3): Casillas (c); Arbeloa, Pique,
Ramos, Alba; Busquets, Xavi, Xabi Alonso; Silva (Pedro 58'), Fabregas (Torres
75'), Iniesta (Mata 87').
Cadangan: Valdes, Reina, Albiol, Martinez, Juanfran,
Cazorla, Navas, Rodriguez, Torres, Negredo, Mata, Llorente.
Susunan pemain Italia (4-3-1-2): Buffon (c); Abate,
Barzagli, Bonucci, Chiellini (Balzaretti 21'); Marchisio, Pirlo, De Rossi;
Montolivo (Motta 55'); Balotelli, Cassano (Di Natale 46').
Cadangan: Sirigu, De Sanctis, Maggio, Ogbonna, Balzaretti,
Motta, Giaccherini, Diamanti, Nocerino, Di Natale, Borini, Giovinco.
Pencetak gol:
1-0 (14') Silva
2-0 (41') Alba
3-0 (83') Torres
4-0 (88') Mata
Kartu kuning: Pique (25'), Barzagli (45').
Sebanyak 31 pertandingan sudah dilalui, 76 gol telah
tercipta, Spanyol dipastikan berdiri di puncak Eropa, dan tirai megah Euro 2012
pun kini resmi diturunkan.
Sampai bertemu empat tahun lagi di Euro 2016 Prancis.
Sumber : Bola.net
No comments:
Post a Comment