SEPAKBOLA MUSLIM dan PUASA
Siapa orangnya yang tak kenal dengan Geoge Weah. Pesepak bola legenda
Liberia yang lama berkostum AC Milan. Lalu ada Franck Ribery, sang
jendral lapangan tengah Prancis yang merumput bersama klub The Hollywood
Bayern Munechen FC. Kemudian ada Nicholas Anelka yang malang melintang
di klub-klub Premier League. Lantas ada Frederick Kanoute striker
briliant Mali yang merumput diklub elite Spanyol, Sevila. Ada Rami
Shaaban, penjaga gawang timnas Swdia. Serta sederet bintang-bintang
gemerlap Eropa yang berbendera klub-klub elite.
Ternya mereka
adalah orang-orang yang menyerahkan dirinya dalam kekuasaan Allah, yang
berjanji dalam kalimat Tasyahud , Mereka berbalut bendera muslim dalam
tubuhnya serta berbingkai muslim dalam pribadinya. Luar biasa,
kontrubusi muslim dalam kesemarakan jagat sepak bola eropa dan dunia
saat ini. Mereka adalah sebagian contoh pesepakbola kesohor yang tak
menempelkan identitas muslim pada namanya.
Berbeda dengan
Zinedin Zidan (Legenda Prancis dan Real Madrid), Zlatan Ibrahimovich
(Swedia-AC Milan), Ibrahim Affelay (Belanda-Barcelona), Khalid
Boulahrouz (Belanda), Karim Benzema (Prancvis-Real Madrid CF), Samir
Nasri (Prancis-Manchester City) dan lain-lain sebagainya, nama-nama
mereka begitu familiar di telinga orang-orang muslim sertra mewakili
sebagian besar latar belakng keluarga mereka yang memang muslim.
Kehidupan mereka sungguh diluar dugaan, dunia gemerlap yang kerap
menyambangi anak-anak muda eropa, serta gaya hidup mewah sebagian
milyuner olahraga yang sering melebihi batas. Ternyata mereka lebih
memilih hidup sederhana dengan banyak mensyukuri nikmat dai Allah. Do’a
dan usaha berjalan selaras dalam durasi hidup mereka. Rendah diri,
beretika dan bermartabat menjadi ciri mereka baik dalam lapangan maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Etika santun dalam berbhasa, lembut dalam
berprilaku menggambarkan pribadi yang luhur dan bermoral, mengangkat
citra islam yang memang direndahkan di kawasan Eropa.
Kehadiran
mereka dipentas dunia benat-benar membawa angin segar dalam
keterpurukan muslim, mereka mampu menangkal serangan (hujatan) melalui
aksi briliyan ditengah lapangan dan sikap manusiawi yang uth
dilibgkungan kehidupannya.
Islam telah mengajarkan mereka
bagaimana cara hidup yang sebenarnya. Qur’an dan Sunnah membimbing
mereka dalam bergaul dengan kelompok professional-nya. Tantangan yang
berat mereka lalui. bagaimana tidak? mereka berada dalam sebuah
komunitas yang kontra religi, berbeda keyakinan, tapi mereka mampu
bersilaturahmi dengan sempurna. Islam memberikan solusi yang tepat untuk
mereka dalam melaksanakan ibadah sebagaimanifestasi keyakinan dan
melaksanakan kegiatan kompetisi sebagai bentuk professionalisme.
Khusus untuk bulan suci ramadhan, implementasi professional mereka tak
menurun sekalipun intensitas ibadah mereka lebih tinggi. Sebagaian
kawasan Eropa tidak mengenal libur bulan puasa untuk seluruh aspek
kehidupan. Sehingga tidak ada aturan khusus untuk atlet sepak bola yang
beragama Islam pada bulan suci ramadlan, siapapun sama dalam urusan
professional.
Sebagaimana yang dialami oleh George Weah
professional sejati asal Liberia yang sukses menjadi punggawa raksasa
AC Milan tahun 90-an. Weah yang muslim ta’at melaksanakan kompetisi seri
A di bulan suci dengan lapang dada, berlatih keras dengan gairah tinggi
dan berlaga dilapangan seperti biasa, sekalipun ia tetap melaksanakan
kewajibannya terhadap Allah melakukan puasa.
Namun bila jadwal
latihan dan kompetisi terlalu mepet, tak urung ia juga meninggalkan
puasa beberapa hari kemudian mengqodlo-nya dilain kesempatan, luar biasa
untuk seorang professional sejati macam George Weah.
Lain
cerita dengan Zinedin Zidan, Samir Nasri, Karim Benzema, Franck Ribery
dan Nicholas Anelka. Sungguhpun Prancis sebagai negara Gold Gosvel and
Glory, namun banyaknya imigran Afrika yang beragama Islma memungkinkan
mereka dapat bergail bebas sesama islam dinegeri Prancis. Komunitas
muslim yang terbentuk spontanitas memberikan ruang dan kultur budaya
terhadap Zidan Cs, sehingga dalam pelaksanaan ibadah puasa bulan
ramadlan bukanlah sebuah tantangan besar bagi mereka untuk berkompetisi
di liga masing-masing.
Sama halnya dengan Mesut Ozil dan Sami
Khedira, sekalipun mereka berbendera Jerman dalam segi professional,
namun pada dasarnya mereka adalah anak-anak Turki yang memang tak lepas
dari sejarah peradaban Islam negerinya. Kultur budaya Islam yang melekat
pada diri mereka membentuk citra dan pribadi yang anggun dan shaleh.
Sungguhpun begitu watak Turki yang ksatria tetap menjadi ciri khas
mereka dalam menjalankan Islam sebagai agama mereka dan sepak bola
sebagai profesi mereka.
Kompetisi negara-negara Eropa yang
menjulang keangkasa, menebarkan aroma persaingan yang kuat dan membara.
Kompetisi yang melibatkan klub-klub raksasa dengan prestasi mentereng,
klub yang di danai oleh perusahaan-perusahaan raksasa. Sebut saja Real
Madrid CF, raksasa Eropa ini tak sungkan mengemis jasa anak-anak muslim
yang memiliki reputasi Internasional. Setelah usai tugas Zidan
menghantar Madrid ke puncak Eropa, kini giliran Karim Benzema, Mesut
Ozil dan Sami Khedira mengangkat bendera Madrid tinggi-tinggi. El-Real
yang dibintangi trio muslim ini mengangkasa dilangit Eropa. Segudang
prestasi telah mereka persembahkan sebagai bentuk wujud professinalitas
Benzema Cs.
Masih banyak cerita tentang eksistensi pesepakbola
muslim yang berkiprah di tim-tim besar Eropa yang melaksanakan kewajiban
berpuasa dibulan ramadlan saat kompetisi Eropa begitu giat dan ketat.
Khalid Boulahrouz, Ibrahim Affelay dan Robin Van Persie adalah
contoh-contoh profesional sejati yang konsisten dalam melaksanakan
kewajiban terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Sekalipun mereka
bergaul dengan kelompok non muslim yang menampilkan gaya bebas, urakan
dan tanpa batas. Namun mereka konsisten dalam melaksanakan keyakinannya.
Menghindari makanan haram, menghindari pergaulan bebas (Dugem),
menghindari alkohol dan lain-lain sebagainya. Untuk itulah mengapa
kehidupan pribadi pemain muslim di Eropa tidak terlalu dipublishir.
Amr Zaki pemain profesional Wigan Athletic yang berkompetisi di Liga
Premier Inggris konsisten dalam menjalankan puasanya. Ketika sang
pelatih Steve Bruce memberikan opsi apakah akan turun tanding atau
puasa. Zaki pemain internasional Mesir ini lebih memilih puasa. Lain
halnya dengan Ahmed Mido Hosam, pemain internasional Mesir lainnya yang
berlaga di klub Tottenham Spurs ini, ia memilih fleksibel dalam
menjalani profesi dan ibadah puasa. Ia akan batal puasa saat bertanding,
dengan mengqodlo puasa di bulan lainnya.
Kebijakan Steve Bruce
di Wigan Athletic dan manager-manager lainnya di klub besar Eropa tak
diikuti The Special One Jose Mourinho di Inter Milan. Ia malah
mempermasalahkan Suley Ali Muntari pemain internasional Ghana yang
notabene anak asuhnya. Suley dianggap bermaslah saat ramadlan
penampilannya dianggap menurun drastis. Padahal Suley saat itu sedang
menjalankan ibadahnya ke pada Allah.
Suley yang sebelumnya
memperkuat klub raksasa Itali lainnya Ac Milan berhasil menruskan
tradisi pemain muslim diklu-klub besar Eropa. Setelah era George Weah,
tak ada lagi hegemoni muslim di AC Milan, baru setelah Suley Ali Muntari
datang ke San Siro, denyut bintang muslim kembali menggeliat. Setelah
menuntaskan kewajibannya di AC Milan, Ali Muntary berkelana ke klub
tetangga yang notabene adalah rival sejati AC Milan, Internazionale
Milan yang saat itu di tangani Jose Mourinho.
Komentar Jose
Mourinho berkaitan dengan kebugaran Suley bahwa ramadlan tidak datang
tepat untuk pemain-pemain profesional mendapat kritik tajam dari
komunitas muslim Itali. Mourniho dianggap tidak memiliki etika dan
pribadi yang bagus untuk masalah toleransi. Pribadinya yang arogan
dinilai berbalik dengan reputasinya sebagai seorang koki sepak bola
kelas wahid. Sungguh sangat disayangkan sikap Mou yang kontradiktif
menilai pribadi Suley Ali Muntary yangh dikaitkan dengan keberadaan
ramadlan bulan yang disucikan oleh umat Islam.
Apapun
keberadaannya, pemain muslim memiliki reputasi menjulang diklub-klub
raksasa Eropa. Zidan dkk (Muslim) layak mendapat apresiasi untuk
menjalankan profesionalitasnya sebagai pemain bola Eropa, juga
menjalankan kewajibannya sebagai seorang Muslim. Mereka berjasa besar
dalam mengatrol prestasi klub-klub mereka diliga masing masing. Dan
ingat, mereka adalah bintang di klubnya.
No comments:
Post a Comment