Tuesday, 12 June 2012

Fakta Unik Spanyol Vs Italy, Euro 2012 Polandia-Ukraina




          Partai Spanyol kontra Italia yang berlangsung Minggu (10/6) kemarin disebut-sebut sebagai partai “Big Match” yang terlalu dini. Partai ini menyuguhkan pertarungan 2 taktik yang sangat berbeda, dan hasil akhirnya sepertinya cukup adil bagi kedua tim.

Sebenarnya kedua tim memiliki peluang-peluang emas untuk memenangkan pertandingan tersebut. Salah satunya didapatkan oleh Balotelli ketika Sergio Ramos melakukan sebuah kesalahan yang cukup fatal di babak ke 2. Sementara itu Fernando Torres juga memiliki dua peluang yang cukup bagus, namun sayangnya tidak dapat dikonversi menjadi gol.

Pertandingan itu mampu menghibur penonton karena kedua tim yang bertanding langsung saling menyerang sejak peluit awal dibunyikan. Dan semakin menarik ketika kedua tim menggunakan taktik yang sedikit beresiko untuk pertandingan berskala besar tersebut.

Hal apakah yang akan terjadi pada kedua tim tersebut ke depannya? Dan bagaimanakah peluang mereka untuk dapat menjadi juara di ajang EURO 2012 ini? Berikut pembahasannya:

1. Gelandang-gelandang Spanyol Membutuhkan Penyelesai Akhir
Spanyol memiliki segudang gelandang hebat berkelas dunia. Tak banyak gelandang di dunia yang mampu menandingi kualitas individu pemain macam David Sila, Cesc Fabregas, Xavi dan Iniesta. Xabi Alonso dan Sergio Busquets juga merupakan gelandang top, walaupun mereka lebih berperan dalam urusan bertahan.

Namun sepakbola di dunia nyata berbeda dengan sepakbola dalam game semacam FIFA 12. Seorang pelatih tidak bisa begitu saja memainkan pemain-pemain terbaiknya sekaligus dalam satu pertandingan dan berharap nantinya pemain-pemain tersebut akan langsung mampu menghasilkan peluang satu sama lain.

Inilah yang menyebabkan Spanyol tidak mampu menghasilkan banyak peluang gol dalam laga semalam, walaupun mereka mampu mendominasi pertandingan dan melakukan banyak sekali passing. Jelas sekali tim Spanyol ini tidak memiliki sentuhan maut seperti layaknya sentuhan ala seorang striker.

Bahkan, jika bukan karena umpan manis David Silva kepada Fabregas yang mampu menyamakan kedudukan menjadi imbang, Del Bosque mungkin akan menjadi sasaran empuk bagi pers karena kesalahannya dalam meramu taktik.

Hasil imbang 1-1 tersebut akan menyelamatkan Del Bosque dari kritikan-kritikan pedas yg akan menimpanya, dan akan membuat Del Bosque belajar dari kesalahannya tanpa tekanan ekstrim dari media-media Spanyol. Anda bisa berkomentar apapun tentang kemampuan finishing Torres, tapi, berkat pergerakan dan kemampuannya dalam mencari ruang, Spanyol mampu tampil lebih berbahaya di babak kedua.

Dengan Torres yang semakin pede, atau mungkin Llorente atau Negredo, Spanyol akan tampil jauh lebih berbahaya dan mematikan di pertandingan-pertandingan selanjutnya.


2. Barisan Bek Spanyol Tampil Kurang Meyakinkan
Iker Cassilas tidak terbentengi dengan baik oleh para bek Spanyol. Jika saja Super Mario tampil on fire, mungkin Italia akan mampu mencetak 2 gol. Fakta bahwa para bek Spanyol sering tertekan oleh para barisan striker Italia jelas tidak bisa diabaikan.

Pertahanan di sisi kanan kiri yang ditempati Alvaro Arbeloa dan Jordi Alba tampil kurang meyakinkan. Arbeloa dan Emmanuele Giaccherini, bek Italia, saling meredam satu sama lain, namun, seharusnya ini tidak terjadi karena Arbeloa adalah pemain yg memiliki jam terbang lebih tinggi.

Arbeloa seharusnya mampu memberikan opsi menyerang dari sisi sayap yang memanfaatkan lebar lapangan, namun yang terjadi adalah tidak ada serangan yang muncul dari sisi tersebut, dan diperparah dengan mudahnya ia kehilangan bola.

Sementara Alba mampu berkontribusi sedikit lebih baik dalam membantu Spanyol menyerang, namun, sayangnya, seperti halnya Arbeloa, kebanyakan serangan-serangan Alba pun dapat mudah dimentahkan Christian Maggio.

Berpindah ke sisi bek sentral, justru sisi inilah yang membuat Casillas harus pontang panting menahan gempuran lawan. Ramos bermain buruk. Dialah yang menyebabkan terjadinya gol Di Natale. Tentunya Pirlo juga patut mendapatkan pujian, karena umpannya yang mampu menyulitkan Ramos.

Pique pun juga tidak lebih baik dari Ramos. Posisinya sebenarnya lebih dekat pada Di Natale. Di Natale bahkan mampu melewatinya 2 kali setelah mencetak gol.

Sebetulnya hanya Puyol yang menjadi pilihan utama di posisi bek sentral. Sayangnya dia masih dibekap cedera. Pergantian formasi dengan menempatkan seorang striker tunggal akan mampu meringankan beban para bek Spanyol, terutama ketika para fullback mendapat sokongan dari para gelandang sayap.

3. Mengapa De Rossi Tidak Menjadi Bek Tengah Sejak Dulu?
Perhatian juga tertuju kepada De Rossi ketika ia menjalani debut di timnas Italia sebagai seorang bek tengah. 73 partai sebelumnya ia jalani sebagai seorang gelandang bertahan. Penampilannya sebagai seorang bek tengah mengagumkan! 3 tekel yang sempurna, 5 intersep, 3 clearance, 2 kali menghadang tembakan, 8 umpan jarak jauh yang akurat, dan yang paling sempurna adalah, dia bermain tanpa mendapatkan satupun kartu kuning!

Walau kesuksesan pola 3-5-2 yang diusung Prandelli mungkin masih diragukan, namun tidak begitu dengan penampilan De Rossi. Penampilannya berkelas, dan semoga kita masih akan sering melihatnya bertanding di posisi tersebut.

4. Balotelli Bukanlah Striker Terbaik Italia Malam Itu
Ada saat-saat dimana anda bisa melihat bahwa Balotelli sangat berhasrat membela negaranya, namun apa yang diharapkannya tidak terjadi. Tapi, di saat-saat lain, kelakuannya justru sangat membingungkan semua pihak. Kebiasaannya dalam melakukan tekel-tekel bodoh sangat membuat kesal para fans, dan tentunya para wasit juga, yang ujung-ujungnya, berhadiah kartu kuning untuk Balotelli.

Pergerakannya ketika berada di depan gawang juga mengecewakan, walaupun Casillas juga berandil dalam menutup ruang tembak Balotelli, tetapi setidaknya Balotelli bisa mencoba melepaskan tembakan untuk menyulitkan Casillas.

Berita buruk bagi balotelli di malam tersebut adalah bagusnya penampilan para pesaingnya di lini depan tim Italia.

Cassano mampu merepotkan barisan bek Spanyol sebelum diganti di menit ke 66. Penggantinya, Sebastian Giovinco, juga sama merepotkannya seperti Cassano. Aksinya di menit ke 77 hampir berbuah gol bagi Italia.

Balotelli mungkin akan mendapatkan kesempatan lagi untuk membuktikan dirinya di pertandingan selanjutnya. Tapi jika saat itu dia tak kunjung bermain bagus, kemungkinan Di Natale akan menggantikannya lagi. Usianya memang sudah menginjak 34 tahun, tetapi Di Natale adalah tipe pemain yang tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi.

5. Apakah Spanyol Benar-Benar Membutuhkan Xabi Alonso & Sergio Busquets?
Walaupun Xabi mempunyai catatan statistik bermain yang bagus, Xabi tidak diperlukan dalam tim Spanyol. Sudah ada Busquets dalam tim Spanyol, yang juga dapat mengumpan dan melakukan tekel. Walaupun Alonso mampu mengumpan lebih baik dari Busquets, dia bukanlah pengumpan yang lebih baik dari Xavi.

Alasan utama dari problem ini adalah, Spanyol perlu mengorbankan salah satu dari gelandang mereka untuk menggantinya dengan seorang striker. David Silva, Iniesta dan Xavi jelas tak tergantikan. Mereka semua bermain sangat apik sepanjang pertandingan dan terlalu sayang jika dicadangkan.

Jadi tersisa Busquets, Xabi dan Fabregas. Busquets adalah pemain bertahan yang sangat disiplin, sehingga sangat sayang jika dicadangkan. Ide awal memasang Alonso dan Busquets bersama sebagai starter memang untuk memastikan bahwa lini pertahanan Spanyol yang masih lemah dapat terlindungi dengan baik.

Dan sekarang tersisa nama Xabi Alonso dan Fabregas. Mencadangkan Fabregas memang tidak akan terlalu berpengaruh bagi Spanyol. Posisinya sebagai gelandang serang akan digantikan Xavi, yang akan diapit oleh Iniesta dan Silva. Namun Spanyol akan lebih berbahaya jika Xavi mengatur pertandingan dari sektor tengah, berdampingan dengan Busquets, dengan Iniesta, Silva dan Fabregas berada di depannya.

Taktik ini akan membuat Spanyol kehilangan gelandang bertipe pekerja keras, tapi, jika mengacu pada permainan Barcelona yang sukses dengan hanya mengandalkan satu gelandang bertahan saja, mengapa tim Spanyol tidak mencobanya juga?

Lagipula, pertahanan terbaik adalah menyerang, dan tim lawan tidak akan mampu mengancam gawang Casillas karena mereka akan sangat sibuk bertahan dari serangan-serangan lini depan tim Spanyol.

6. Italia Membutuhkan Pemain yang Lebih Baik di Sektor Sayap
Banyak yang tidak menyadari bahwa pertarungan di sektor ini cukup minim sekali. Tidak banyak aksi-aksi yang berasal dari Arbeloa, Alba, Giaccherini dan Maggio. Lini tengah kedua tim-lah yang justru banyak berbicara.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Spanyol perlu mengakomodasi kehadiran seorang striker dan sistem bermain yang lebih melebar, seperti pola 4-2-3-1, atau bahkan pola 4-3-3 yang sudah dimodifikasi dan digunakan banyak tim sekarang, Italia juga memerlukan penyesuaian yang serupa.

Mereka sebetulnya mendapatkan kesempatan untuk menguji kelemahan Spanyol di sisi lebar lapangan, namun gagal melakukannya karena pemain sayap mereka gagal melaksanakan tugasnya.

Tim Italia memang tidak mempunyai banyak opsi untuk pemain-pemain sayap. Dari 13 pemain tengah dan depan yang mereka pilih untuk Euro ini, hanya Giaccherini seorang yang merupakan seorang pemain sayap murni. Beruntung masih banyak pemain bertahan yang dapat bermain sebagai sayap.

Di sisi kanan, Ignazio Abate merupakan salah seorang bek kanan terbaik di dunia. Walaupun dia adalah pilihan kedua setelah Maggio, sejatinya dia dapat memberi timnya tambahan kekuatan yang berarti.

Walaupun sedikit memaksakan, Giovinco bisa bermain apik jika dipasang di sisi sayap kiri tim Italia. Walaupun ketika bermain di Parma dia berposisi sebagai second striker, namun justru di awal-awal karirnya sebagai pemain bola, ia menempati posisi winger. Giovinco lebih cepat dan lebih berbakat daripada Giaccherini. Bahkan seorang Balzaretti pun lebih layak dimainkan daripada Giaccherini.

7. Kedua Tim Akan Melaju ke Babak Berikutnya
Tidak ada yang patut disalahkan selain tim Italia dan Spanyol itu sendiri, jika mereka tidak lolos dari grup C ini. Kroasia memang ancaman serius bagi keduanya. Kroasia mampu menang meyakinkan dari Irlandia dengan skor 3-1, dan mereka hanya akan membutuhkan 2 atau 3 poin lagi untuk lolos dari babak penyisihan grup.

Pemenang grup C akan menghadapi runner-up grup D, dan sebaliknya. Walaupun hal tersebut merupakan skenario yang buruk bagi penghuni grup C, namun berbeda bagi penghuni dari grup B, grup maut. Penghuni grup B akan menghadapi lawan yang lebih enteng di babak knock-out. Artinya, siapa pun yang lolos dari grup C tidak akan menghadapi peserta dari grup maut, B, setidaknya hingga babak semifinal.

Dari sini semuanya bisa terjadi. Masih banyak pertandingan yang akan dilangsungkan sebelum kita bisa mulai memprediksi apa yang akan terjadi di babak semifinal. Italia dan Spanyol telah mengambil langkah pertama mereka dengan bagus.

Tapi tersisa waktu 180 menit lagi yang masih akan dimainkan sebelum mereka lolos babak penyisihan, dan masih lebih banyak lagi menit yang dimainkan hingga mencapai partai final Euro 2012. Jalan menuju final akan berliku-liku.

No comments:

Post a Comment