Partai
Spanyol kontra Italia yang berlangsung Minggu (10/6) kemarin disebut-sebut
sebagai partai “Big Match” yang terlalu dini. Partai ini menyuguhkan
pertarungan 2 taktik yang sangat berbeda, dan hasil akhirnya sepertinya cukup
adil bagi kedua tim.
Sebenarnya
kedua tim memiliki peluang-peluang emas untuk memenangkan pertandingan
tersebut. Salah satunya didapatkan oleh Balotelli ketika Sergio Ramos melakukan
sebuah kesalahan yang cukup fatal di babak ke 2. Sementara itu Fernando Torres
juga memiliki dua peluang yang cukup bagus, namun sayangnya tidak dapat
dikonversi menjadi gol.
Pertandingan
itu mampu menghibur penonton karena kedua tim yang bertanding langsung saling
menyerang sejak peluit awal dibunyikan. Dan semakin menarik ketika kedua tim
menggunakan taktik yang sedikit beresiko untuk pertandingan berskala besar
tersebut.
Hal
apakah yang akan terjadi pada kedua tim tersebut ke depannya? Dan bagaimanakah
peluang mereka untuk dapat menjadi juara di ajang EURO 2012 ini? Berikut
pembahasannya:
1.
Gelandang-gelandang Spanyol Membutuhkan Penyelesai Akhir
Spanyol
memiliki segudang gelandang hebat berkelas dunia. Tak banyak gelandang di dunia
yang mampu menandingi kualitas individu pemain macam David Sila, Cesc Fabregas,
Xavi dan Iniesta. Xabi Alonso dan Sergio Busquets juga merupakan gelandang top,
walaupun mereka lebih berperan dalam urusan bertahan.
Namun
sepakbola di dunia nyata berbeda dengan sepakbola dalam game semacam FIFA 12.
Seorang pelatih tidak bisa begitu saja memainkan pemain-pemain terbaiknya sekaligus
dalam satu pertandingan dan berharap nantinya pemain-pemain tersebut akan
langsung mampu menghasilkan peluang satu sama lain.
Inilah
yang menyebabkan Spanyol tidak mampu menghasilkan banyak peluang gol dalam laga
semalam, walaupun mereka mampu mendominasi pertandingan dan melakukan banyak
sekali passing. Jelas sekali tim Spanyol ini tidak memiliki sentuhan maut
seperti layaknya sentuhan ala seorang striker.
Bahkan,
jika bukan karena umpan manis David Silva kepada Fabregas yang mampu menyamakan
kedudukan menjadi imbang, Del Bosque mungkin akan menjadi sasaran empuk bagi
pers karena kesalahannya dalam meramu taktik.
Hasil
imbang 1-1 tersebut akan menyelamatkan Del Bosque dari kritikan-kritikan pedas
yg akan menimpanya, dan akan membuat Del Bosque belajar dari kesalahannya tanpa
tekanan ekstrim dari media-media Spanyol. Anda bisa berkomentar apapun tentang
kemampuan finishing Torres, tapi, berkat pergerakan dan kemampuannya dalam
mencari ruang, Spanyol mampu tampil lebih berbahaya di babak kedua.
Dengan
Torres yang semakin pede, atau mungkin Llorente atau Negredo, Spanyol akan
tampil jauh lebih berbahaya dan mematikan di pertandingan-pertandingan
selanjutnya.
2.
Barisan Bek Spanyol Tampil Kurang Meyakinkan
Iker
Cassilas tidak terbentengi dengan baik oleh para bek Spanyol. Jika saja Super
Mario tampil on fire, mungkin Italia akan mampu mencetak 2 gol. Fakta bahwa
para bek Spanyol sering tertekan oleh para barisan striker Italia jelas tidak
bisa diabaikan.
Pertahanan
di sisi kanan kiri yang ditempati Alvaro Arbeloa dan Jordi Alba tampil kurang
meyakinkan. Arbeloa dan Emmanuele Giaccherini, bek Italia, saling meredam satu
sama lain, namun, seharusnya ini tidak terjadi karena Arbeloa adalah pemain yg
memiliki jam terbang lebih tinggi.
Arbeloa
seharusnya mampu memberikan opsi menyerang dari sisi sayap yang memanfaatkan
lebar lapangan, namun yang terjadi adalah tidak ada serangan yang muncul dari
sisi tersebut, dan diperparah dengan mudahnya ia kehilangan bola.
Sementara
Alba mampu berkontribusi sedikit lebih baik dalam membantu Spanyol menyerang,
namun, sayangnya, seperti halnya Arbeloa, kebanyakan serangan-serangan Alba pun
dapat mudah dimentahkan Christian Maggio.
Berpindah
ke sisi bek sentral, justru sisi inilah yang membuat Casillas harus pontang
panting menahan gempuran lawan. Ramos bermain buruk. Dialah yang menyebabkan
terjadinya gol Di Natale. Tentunya Pirlo juga patut mendapatkan pujian, karena
umpannya yang mampu menyulitkan Ramos.
Pique
pun juga tidak lebih baik dari Ramos. Posisinya sebenarnya lebih dekat pada Di
Natale. Di Natale bahkan mampu melewatinya 2 kali setelah mencetak gol.
Sebetulnya
hanya Puyol yang menjadi pilihan utama di posisi bek sentral. Sayangnya dia
masih dibekap cedera. Pergantian formasi dengan menempatkan seorang striker
tunggal akan mampu meringankan beban para bek Spanyol, terutama ketika para
fullback mendapat sokongan dari para gelandang sayap.
3.
Mengapa De Rossi Tidak Menjadi Bek Tengah Sejak Dulu?
Perhatian
juga tertuju kepada De Rossi ketika ia menjalani debut di timnas Italia sebagai
seorang bek tengah. 73 partai sebelumnya ia jalani sebagai seorang gelandang
bertahan. Penampilannya sebagai seorang bek tengah mengagumkan! 3 tekel yang
sempurna, 5 intersep, 3 clearance, 2 kali menghadang tembakan, 8 umpan jarak
jauh yang akurat, dan yang paling sempurna adalah, dia bermain tanpa
mendapatkan satupun kartu kuning!
Walau
kesuksesan pola 3-5-2 yang diusung Prandelli mungkin masih diragukan, namun
tidak begitu dengan penampilan De Rossi. Penampilannya berkelas, dan semoga
kita masih akan sering melihatnya bertanding di posisi tersebut.
4.
Balotelli Bukanlah Striker Terbaik Italia Malam Itu
Ada
saat-saat dimana anda bisa melihat bahwa Balotelli sangat berhasrat membela
negaranya, namun apa yang diharapkannya tidak terjadi. Tapi, di saat-saat lain,
kelakuannya justru sangat membingungkan semua pihak. Kebiasaannya dalam
melakukan tekel-tekel bodoh sangat membuat kesal para fans, dan tentunya para
wasit juga, yang ujung-ujungnya, berhadiah kartu kuning untuk Balotelli.
Pergerakannya
ketika berada di depan gawang juga mengecewakan, walaupun Casillas juga
berandil dalam menutup ruang tembak Balotelli, tetapi setidaknya Balotelli bisa
mencoba melepaskan tembakan untuk menyulitkan Casillas.
Berita
buruk bagi balotelli di malam tersebut adalah bagusnya penampilan para
pesaingnya di lini depan tim Italia.
Cassano
mampu merepotkan barisan bek Spanyol sebelum diganti di menit ke 66.
Penggantinya, Sebastian Giovinco, juga sama merepotkannya seperti Cassano.
Aksinya di menit ke 77 hampir berbuah gol bagi Italia.
Balotelli
mungkin akan mendapatkan kesempatan lagi untuk membuktikan dirinya di
pertandingan selanjutnya. Tapi jika saat itu dia tak kunjung bermain bagus,
kemungkinan Di Natale akan menggantikannya lagi. Usianya memang sudah menginjak
34 tahun, tetapi Di Natale adalah tipe pemain yang tua-tua keladi, semakin tua
semakin menjadi.
5.
Apakah Spanyol Benar-Benar Membutuhkan Xabi Alonso & Sergio Busquets?
Walaupun
Xabi mempunyai catatan statistik bermain yang bagus, Xabi tidak diperlukan
dalam tim Spanyol. Sudah ada Busquets dalam tim Spanyol, yang juga dapat
mengumpan dan melakukan tekel. Walaupun Alonso mampu mengumpan lebih baik dari
Busquets, dia bukanlah pengumpan yang lebih baik dari Xavi.
Alasan
utama dari problem ini adalah, Spanyol perlu mengorbankan salah satu dari
gelandang mereka untuk menggantinya dengan seorang striker. David Silva,
Iniesta dan Xavi jelas tak tergantikan. Mereka semua bermain sangat apik
sepanjang pertandingan dan terlalu sayang jika dicadangkan.
Jadi
tersisa Busquets, Xabi dan Fabregas. Busquets adalah pemain bertahan yang
sangat disiplin, sehingga sangat sayang jika dicadangkan. Ide awal memasang
Alonso dan Busquets bersama sebagai starter memang untuk memastikan bahwa lini
pertahanan Spanyol yang masih lemah dapat terlindungi dengan baik.
Dan
sekarang tersisa nama Xabi Alonso dan Fabregas. Mencadangkan Fabregas memang
tidak akan terlalu berpengaruh bagi Spanyol. Posisinya sebagai gelandang serang
akan digantikan Xavi, yang akan diapit oleh Iniesta dan Silva. Namun Spanyol
akan lebih berbahaya jika Xavi mengatur pertandingan dari sektor tengah,
berdampingan dengan Busquets, dengan Iniesta, Silva dan Fabregas berada di
depannya.
Taktik
ini akan membuat Spanyol kehilangan gelandang bertipe pekerja keras, tapi, jika
mengacu pada permainan Barcelona yang sukses dengan hanya mengandalkan satu
gelandang bertahan saja, mengapa tim Spanyol tidak mencobanya juga?
Lagipula,
pertahanan terbaik adalah menyerang, dan tim lawan tidak akan mampu mengancam
gawang Casillas karena mereka akan sangat sibuk bertahan dari serangan-serangan
lini depan tim Spanyol.
6.
Italia Membutuhkan Pemain yang Lebih Baik di Sektor Sayap
Banyak
yang tidak menyadari bahwa pertarungan di sektor ini cukup minim sekali. Tidak
banyak aksi-aksi yang berasal dari Arbeloa, Alba, Giaccherini dan Maggio. Lini
tengah kedua tim-lah yang justru banyak berbicara.
Seperti
yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa Spanyol perlu mengakomodasi kehadiran
seorang striker dan sistem bermain yang lebih melebar, seperti pola 4-2-3-1,
atau bahkan pola 4-3-3 yang sudah dimodifikasi dan digunakan banyak tim
sekarang, Italia juga memerlukan penyesuaian yang serupa.
Mereka
sebetulnya mendapatkan kesempatan untuk menguji kelemahan Spanyol di sisi lebar
lapangan, namun gagal melakukannya karena pemain sayap mereka gagal
melaksanakan tugasnya.
Tim
Italia memang tidak mempunyai banyak opsi untuk pemain-pemain sayap. Dari 13
pemain tengah dan depan yang mereka pilih untuk Euro ini, hanya Giaccherini
seorang yang merupakan seorang pemain sayap murni. Beruntung masih banyak
pemain bertahan yang dapat bermain sebagai sayap.
Di
sisi kanan, Ignazio Abate merupakan salah seorang bek kanan terbaik di dunia.
Walaupun dia adalah pilihan kedua setelah Maggio, sejatinya dia dapat memberi
timnya tambahan kekuatan yang berarti.
Walaupun
sedikit memaksakan, Giovinco bisa bermain apik jika dipasang di sisi sayap kiri
tim Italia. Walaupun ketika bermain di Parma dia berposisi sebagai second
striker, namun justru di awal-awal karirnya sebagai pemain bola, ia menempati
posisi winger. Giovinco lebih cepat dan lebih berbakat daripada Giaccherini.
Bahkan seorang Balzaretti pun lebih layak dimainkan daripada Giaccherini.
7.
Kedua Tim Akan Melaju ke Babak Berikutnya
Tidak
ada yang patut disalahkan selain tim Italia dan Spanyol itu sendiri, jika
mereka tidak lolos dari grup C ini. Kroasia memang ancaman serius bagi
keduanya. Kroasia mampu menang meyakinkan dari Irlandia dengan skor 3-1, dan
mereka hanya akan membutuhkan 2 atau 3 poin lagi untuk lolos dari babak
penyisihan grup.
Pemenang
grup C akan menghadapi runner-up grup D, dan sebaliknya. Walaupun hal tersebut
merupakan skenario yang buruk bagi penghuni grup C, namun berbeda bagi penghuni
dari grup B, grup maut. Penghuni grup B akan menghadapi lawan yang lebih enteng
di babak knock-out. Artinya, siapa pun yang lolos dari grup C tidak akan
menghadapi peserta dari grup maut, B, setidaknya hingga babak semifinal.
Dari
sini semuanya bisa terjadi. Masih banyak pertandingan yang akan dilangsungkan
sebelum kita bisa mulai memprediksi apa yang akan terjadi di babak semifinal.
Italia dan Spanyol telah mengambil langkah pertama mereka dengan bagus.
Tapi
tersisa waktu 180 menit lagi yang masih akan dimainkan sebelum mereka lolos
babak penyisihan, dan masih lebih banyak lagi menit yang dimainkan hingga
mencapai partai final Euro 2012. Jalan menuju final akan berliku-liku.
No comments:
Post a Comment