a. Induk sebanyak 5 ekor
betina dan 2 ekor jantan. Induk jantan berukuran panjang 77 - 78 cm dan berat
9,5 - 11 kg/ekor. Induk betina berukuran panjang 60 - 70 cm dan berat 5,3 - 7,8
kg/ekor.
b. Pakan induk berupa ikan
segar dari jenis selar, japuh dan jantan yang kandungan proteinnya tinggi dan
kandungan lemaknya rendah.
c. Kurungan apung untuk
pemeliharaan induk berukuran 3 x 3 x 3 m3.
d. Bak pemijahan dengan
kapasitas 100 ton.
e. Bak penetasan sekaligus
juga merupakan bak pemeliharaan larva yang berukuran 4 x 1 x 1 m3 terbuat dari
beton, berbentuk empat persegi panjang.
METODE
PEMBENIHAN
Metoda yang digunakan
adalah manipulasi lingkungan. Untuk merangsang terjadinya perkawinan antara
jantan dengan induk betina matang kelamin digunakan metoda manipulasi
lingkungan di bak terkontrol. Teknik pemijahan dengan manipulasi lingkungan ini
dikembangkan berdasarkan pemijahan ikan kerapu di alam, yaitu dengan rangsangan
atau kejutan faktor- faktor lingkungan seperti suhu, kadar garam, kedalaman air
dan lain-lain. Pemijahan mengikuti fase peredaran bulan; pada saat bulan terang
atau bulan gelap.
PEMELIHARAAN INDUK
Induk ikan kerapu yang
dipijahkan dipelihara di laut dalam kurungan apung dengan padat penebaran induk
7,5 - 10 kg/m3. Pakan yang diberikan berupa ikan rucah segar berkadar lemak
rendah. Diluar pemijahan ikan, takaran pakan yang diberikan sebesar 3 - 5% dari
total berat badan ikan/hari, sedangkan pada musim pemijahan diturunkan menjadi
1%. Disamping itu diberikan pula vitamin E dengan dosis 10 - 15 mg/ekor/minggu.
SEX REVERSAL
Kerapu termasuk ikan yang
"hermaprodit protogyni", yaitu pada kehidupan awal belum ditentukan
jenis kelaminnya. Sel kelamin betina terbentuk setelah berumur 2 tahun dengan
panjang 50 cm dan berat 5 kg.
Sel kelamin betina berubah
menjadi sel kelamin jantan pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh sekitar 70 cm
dan berat 11 kg. Ada kenyataannya lebih banyak ditemui ikan kerapu jantan atau
mempercepat perubahan kelamin dari betina ke jantan dapat dipacu/dirangsang
dengan hormon testosteron. Pemberian hormon testosteron dilakukan secara oral melalui
makan setiap minggu, diikuti dengan penambahan multivitamin.
Takaran yang diberikan
adalah :
Hormon testosteron 2 mg/kg
induk
Multivitamin 10 mg/kg
induk
SELEKSI INDUKAN
Kematangan kelamin induk
jantan ikan kerapu diketahui dengan cara mengurut bagian perut ikan (stripping)
ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati
untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui
dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan,
kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya,
garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.
PEMIJAHAN
a) Induk kerapu matang
kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi air laut bersih
dengan ketingian 1,5 m dan salinitas + 32 ‰.
b) Manipulasi lingkungan
dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara menaikkan dan menurunkan
permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan
air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00
permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini
dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara alami.
c) Rangsangan hormonal
induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin
(HGG) dan Puberogen untuk merangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang
diberikan adalah :
HGG 1.000 - 2.000 IU/kg
induk
Puberogen 150 - 225 RU/kg
induk
d) Pengamatan pemijahan
ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampai malam hari. Pemijahan umumnya
terjadi pada malam hari antara jam 22.00 - 24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya
terjadi 2 kali bulan Juni - September dan bulan Nopember - Januari.
e) Bila diketahui telah
terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak
pemeliharaan larva.
PENETASAN TELUR
Bak yang dipergunakan
untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva, terbuat
dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4 x 1 x 1 m3. Tiga
hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan
dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na
OCI) 50 - 100 ppm.
Setelah itu dinetralkan
dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh
chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu
hari sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar
antara 27 - 280C.
Telur hasil pemijahan
dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang dibuahi akan mengapung
dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Sebelum telur ditetaskan
perlu direndam dalam larutan 1 - 5 ppm acriflavin untuk mencegah serang
bakteri.
Padat penebaran telur di
Bak Penetasan berkisar 20 - 60 butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan
perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000 - 100.000 sel/ml untuk menjaga
kualitas air.
Telur akan menetas dalam
waktu 18 - 22 jam setelah pemijahan pada suhu 27 - 280C dan kadar garam 30 - 32
‰.
ikbal_farabi@yahoo.com
No comments:
Post a Comment