Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam mempelajari dinamika laut. Perbedaan densitas yang kecil secara horisontal (misalnya akibat perbedaan pemanasan di permukaan) dapat menghasilkan arus laut yang sangat kuat. Oleh karena itu penentuan densitas merupakan hal yang sangat penting dalam oseanografi. Lambang yang digunakan untuk menyatakan densitas adalah ρ (rho).
Densitas
air laut bergantung pada temperatur (T), salinitas (S) dan tekanan (p).
Kebergantungan ini dikenal sebagai persamaan keadaan air laut (Equation of
State of Sea Water):
ρ =
ρ(T,S,p)
Penentuan
dasar pertama dalam membuat persamaan di atas dilakukan oleh Knudsen dan Ekman
pada tahun 1902. Pada persamaan mereka, ρ dinyatakan dalam g cm-3.
Penentuan dasar yang baru didasarkan pada data tekanan dan salinitas dengan
kisaran yang lebih besar, menghasilkan persamaan densitas baru yang dikenal
sebagai Persamaan Keadaan Internasional (The International Equation of State,
1980). Persamaan ini menggunakan temperatur dalam oC, salinitas
dari Skala Salinitas Praktis dan tekanan dalam dbar (1 dbar = 10.000 pascal =
10.000 N m-2). Densitas dalam persamaan ini dinyatakan dalam kg m-3.
Jadi, densitas dengan harga 1,025 g cm-3 dalam rumusan yang
lama sama dengan densitas dengan harga 1025 kg m-3 dalam
Persamaan Keadaan Internasional.
Densitas
bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali
pada temperatur di bawah densitas maksimum. Densitas air laut terletak pada
kisaran 1025 kg m-3 sedangkan pada air tawar 1000 kg m-3.
Para oseanografer biasanya menggunakan lambang σt (huruf Yunani
sigma dengan subskrip t, dan dibaca sigma-t) untuk menyatakan densitas air
laut. dimana σt = ρ - 1000 dan biasanya tidak menggunakan
satuan (seharusnya menggunakan satuan yang sama dengan ρ). Densitas rata-rata
air laut adalah σt = 25. Aturan praktis yang dapat kita gunakan
untuk menentukan perubahan densitas adalah: σt berubah dengan
nilai yang sama jika T berubah 1oC, S 0,1, dan p
yang sebanding dengan perubahan kedalaman 50 m.
Perlu
diperhatikan bahwa densitas maksimum terjadi di atas titik beku untuk salinitas
di bawah 24,7 dan di bawah titik beku untuk salinitas di atas 24,7. Hal ini
mengakibatkan adanya konveksi panas.
- S < 24.7 : air menjadi
dingin hingga dicapai densitas maksimum, kemudian jika air permukaan
menjadi lebih ringan (ketika densitas maksimum telah terlewati)
pendinginan terjadi hanya pada lapisan campuran akibat angin (wind
mixed layer) saja, dimana akhirnya terjadi pembekuan. Di bagian kolam
(basin) yang lebih dalam akan dipenuhi oleh air dengan densitas maksimum.
- S > 24.7 : konveksi selalu
terjadi di keseluruhan badan air. Pendinginan diperlambat akibat adanya
sejumlah besar energi panas (heat) yang tersimpan di dalam badan
air. Hal ini terjadi karena air mencapai titik bekunya sebelum densitas
maksimum tercapai.
Seperti halnya pada temperatur, pada densitas
juga dikenal parameter densitas potensial yang didefinisikan sebagai densitas parsel air laut
yang dibawa secara adiabatis ke level tekanan referensi.
bahan bacaan:
- Tomczak, M, An
Introduction to Physical Oceanography
- Talley, L, Properties
of Seawater
- Prager, Ellen J, and Sylvia A.
Earle, The Oceans, McGraw-Hill, 2000.
- Pickard and Emery, Descriptive
Physical Oceanography
No comments:
Post a Comment