Buat Anda yang belum akrab dengan istilah ini, aquaponics merupakan campuran antara budidaya ikan atau peternakan ikan dan hidroponik atau budi daya tanaman dengan sedikit tanah dalam sistem tertutup yang berkelanjutan.
Aquaponics sama tuanya dengan alam itu
sendiri. Menurut Sylvia Bernstein, penulis cara berkebun aquaponic di rumah,
"Aquaponics benar-benar merupakan sistem sirkulasi lahan basah, sehingga
sistem itu berjalan tepat di tepi danau kami,"
Ia bercocok tanam tanpa tanah, menggunakan
pupuk kimia yang larut dalam air, sebelum mengetahui ia bisa menggunakan air
limbah dari ikan untuk menanam sayuran dan buah-buahan organik.
"Jujur, saya sangat skeptis dan
sangat tidak percaya bahwa sesuatu yang sederhana, seperti limbah ikan, bisa
menjadi pupuk yang lengkap. Jadi saya harus benar-benar melihat sistemnya dulu
di ruang bawah tanah rumah teman. Tapi ketika saya sudah melihatnya, hal itu
mengubah hidup saya," paparnya.
Itu terjadi tiga tahun lalu. Bernstein
membangun sistem aquaponics pertamanya bersama anaknya yang berusia 15 tahun
pada bantalan beton di luar rumahnya di Boulder, Colorado. Dalam rumah kacanya
kini, ia terutama berternak ikan nila dan ikan forel - memberi mereka makan
sekali sehari. Tidak ada rumput liar pada kebun aquaponicsnya, dan ia tidak
perlu khawatir soal penyiraman. Tanaman tumbuh dalam wadah-wadah setinggi meja
supaya mudah diurus.
Bernstein menuturkan lagi, "Baru
saja, pagi ini, saya mencabut empat lobak dan sejumlah daun selada untuk makan
siang. Dalam rumah kaca saya sekarang ini, saya menanam segala macam tanaman
bumbu, tomat, dan paprika."
Menurut Berstein, semakin banyak orang di
Amerika maupun di seluruh dunia berkebun aquaponics, dan menikmati hasilnya:
pasokan makanan yang sehat, aman dan lezat sepanjang tahun. Internet membantu
banyak orang yang berkebun aquaponic saling terhubung dan belajar.
James Godsil, yang ikut mendirikan Sweet
Water Organic, kebun aquaponics komersial di Milwaukee, Wisconsin, tiga tahun
lalu, mengatakan, "Aquaponics paling pas bagi kesehatan mental dan fisik
seseorang.”
Tahun 2010 ia membantu mendirikan yayasan untuk
mempromosikan cara baru dalam berkebun itu.
"Yayasan Sweet Water didedikasikan untuk demokratisasi dan
globalisasi informasi dan metodologi yang diperlukan dalam memajukan sistem
produksi pangan, yang sangat ramah lingkungan ini, yang hanya menggunakan
sekitar 10 persen air dari pertanian biasa, dan tidak menggunakan pestisida.
Serba alami," papar Godsil lagi.
Menurut Godsil, kelebihan-kelebihan itu
telah menjadi insentif dahsyat bagi orang-orang dari semua lapisan masyarakat
yang sedang mempertimbangkan karir dalam aquaponics.
"Yayasan Sweet Water mungkin telah
memiliki 500 pendukung, termasuk siswa-siswa sekolah, komunitas pensiunan
insinyur, profesional, tokoh-tokoh sosial, guru dan seniman. Ada begitu banyak
dewasa muda yang akan pensiun dan mencoba karier lain untuk 20 tahun ke
depan," tambahnya.
Melalui kerjasama dan proyek bersama,
Godsil membawa inspirasi itu ke luar perbatasan wilayah Amerika.
Ia mengatakan, "Saya diminta pergi ke
Venezuela Maret ini. Saya bekerja sama dengan orang-orang yang punya proyek di
Ekuador. Saya bekerja dengan orang-orang di Kongo, Uganda dan Tanzania."
Subra Mukherjee adalah sekretaris kelompok
swasta di Kolkata, India.
Godsil menambahkan, "Kami sudah
membentuk inisiatif aquaponics Indo-Amerika ini, dan kami bertujuan menjadikan
aquaponics salah satu kegiatan ekonomi yang tumbuh paling cepat di India dalam
10 tahun."
Kelompok swasta itu bernama Masyarakat
Teknologi Tepat Guna untuk Agribisnis Pedesaan, yang bermitra dengan Yayasan
Sweet Water mengupayakan inisiatif tersebut di India.
Mukherjee menuturkan, “Kami bekerja di
lokasi yang disebut Sunderbans, terletak di Bengali Barat. Masyarakat di sini
sangat miskin dan kondisi tanahnya membuat tanaman tidak tumbuh. Jadi, saya
yakin, teknologi seperti aquaponics ideal untuk situasi-situasi ini. Kita
betul-betul bisa melakukannya di tengah-tengah wilayah kumuh di kota-kota.
Jadi, ini contoh yang sangat baik bagi masyarakat perkotaan maupun pedesaan.”
Para advokat mengatakan, dengan naiknya
harga bahan bakar dan pupuk, sementara pasokan air irigasi berkurang,
aquaponics memberi alternatif berkelanjutan yang bisa membantu memberi makan
penduduk dunia yang jumlahnya terus bertambah. | sumber: republika
No comments:
Post a Comment